Sabtu, 09 April 2011

Halaman Depan

 entah apa yang saya tuliskan . Hanya  pikiranku saja.

TAKUT TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL

Apa judulnya sudah pas ya ?

Mungkin boleh di ubah jadi dari
" TAKUT TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL"

menjadi

" TIDAK TAKUT LULUS UJIAN NASIONAL", atau

" TIDAK TAKUT TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL", atau

" TIDAK UJIAN NASIONAL, TAKUT ", atau

" TIDAK LULUS, TAKUT UJIAN NASIONAL", atau

" TAKUT LULUS UJIAN, TIDAK NASIONAL" atau lainnya

Sebenarnya yang tidak takut lulus ujian nasional siapa ?
  • Siswanya ?
  • Orang tuanya ?
  • Guru Mata Pelajaran ?
  • Kepala Sekolah ?
  • Kepala Dinas ?
  • Pak Bupati ?
  • Pak Gubernur ?
  • Pak Menteri ?
  • .................. Siapa lagi ya ?
Rasanya semuanya ingin sukses melewati ujian nasional. Sukses sering digambarkan dengan perolehan angka-angka. Angka yang tinggi dianggap sukses.

A. Siswa, tentu sangat ingin memperoleh nilai yang baik. Caranya :
  1. cara positif : belajar lebih giat, mengikuti les diluar jam pelajaran sekolah, banyak berdoa, dan lain lain.
  2. cara negatif ( jangan dilakukan ) : jari bocoran jawaban, nengok kanan kiri depan belakang, bawa catatan kecil, bawa hp untuk sms-an dll, minta temannya yang pintar untuk nulis jawaban di WC
B. Orang tua, tentu juga sangat ingin puteranya memperoleh nilai yang baik. Caranya :
  1. cara positif : menunggui dan memantau belajar anak, membiayai anaknya agar mengikuti les diluar jam pelajaran sekolah, banyak berdoa untuk anaknya, dan lain lain.
  2. cara negatif ( jangan dilakukan ) : sepertinya tidak ada
C. Guru Mata Pelajaran, terutama guru mata pelajaran UN,
  1. cara positif, pada umumnya guru memiliki idealisme yaitu mengajar siswa dengan baik agar siswanya sejak kelas 7 , melakukan remidi pada tiap KD sehingga penahaman anak benar-benar tuntas. Ini memudahkan guru kelas 9 tinggal mengingatkan kembali saja.
  2. cara negatif ( jangan dilakukan ) : pelajaran semester 5 dan 6 diselesaikan dalam semester 5 saja sedang semester 6 untuk latihan soal saja, mengajarkan pelajaran hanya hanya berpatokan SKL UN saja, menasehati agar siswanya saling mencontek jawaban, dll
D. Kepala Sekolah, adalah penentu warna kegiatan di sekolah. Mau dibuat seperti apa saja, mau positif saja, positif dan negatif, dialah penentunya. Umumnya keinginan dari kepala sekolah adalah :
  • ingin semua siswanya lulus
  • ingin peringkat perolehan nilainya tinggi, naik setiap tahunnya
dari dua keinginan dasar itu menimbulkan cara-cara juga :

1. Cara positif :
  • memantau secara terus menerus KBM sejak kelas awal , jika di SMP sejak kelas 7
  • mendorong dan memantau kegiatan remidi dan ketuntasan pembelajaran
  • membuat program terencana dan terpadu sukses UN tingkat sekolah yang melibatkan semua unsur sekolah
  • menyediakan dana yang cukup untuk sukses UN seperti pengadaan sumber belajar, honor tentor dalam dan luar untuk tambahan pelajaran sore, uji coba UN dari out sourcing
  • menambah kegiatan rohaniah sejak awal kelas 9 dan kontinyu
  • datang paling awal dan pulang paling akhir di sekolah, untuk mendorong semua unsur agar tetap memiliki semangat yang tinggi. Jika KS tidak disiplin, datang siang pulang awal, sangat sering pergi, jangan harap bawahannya bisa disiplin.
2. Cara negatif ( jangan lakukan )
biasanya KS (segelintir saja ) orang yang paling takut kalau siswanya tidak lulus, sehingga segelintir KS sering membuat kebijakan-kebijakan negatif seperti :
  • meminta materi KBM UN kelas 9 diselesaikan pada semester 5 saja , semester 6 untuk latihan soal soal
  • meminta panitia dalam pembuatan nominasi ujian untuk menyebar anak-anak yang pintar pada tiap tiap ruang, sehingga tiap ruang ada anak pintarnya
  • dll ...
sedangkan untuk yth. Kepala Dinas ,Pak Bupati, Pak Gubernur, UN sebaiknya jangan dijadikan untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Jika beliau berkata "peringkat UN daerah kita tahun ini masih rendah, ......." maka bawahannya akan berusaha dengan banyak cara mungkin positif mungkin negatif.

Dan untuk Pak Menteri Pendidikan, untuk tahun tahun depan mohon dibuat sistem yang lebih sederhana dalam UN. jika masih rumit seperti sekarang, terlalu banya energi untuk menyiapkannya, KBM dikelas 9 menjadi tidak wajar lagi.


ingat pendidikan untuk mengolah

  • Akhlak
  • Logika
  • Rasa dan
  • Ketrampilan

kegiatan UN yang memakan banyak energi dan biaya di sekolah

untuk mengolah aspek yang mana ?

UJIAN NASIONAL

Bertahun tahun, mungkin sekitar sepuluh tahun. Jadi selalu ngurusi ujian-ujian di akhir tahun bagi kelas 9, repot benar seperti :
  • Mulai dari buat jadwal tambahan belajar bagi kelas 9,
  • merencanakan dan melaksanakan ujian praktek beserta mengolah hasilnya,
  • try out yang berkali-kali.
  • entri nominasi peserta ujian beserta cari datanya, on line lagi padahal internet disekolahku harus pakai modem karena belum ada jaringan telepon
  • merencakan pembagian tugas untuk ujian, penulis ijazah, pembuat soal, korektor, membagi petugas UN keluar
  • entri data rapor kelas 9 dari semester 1 sampai semester 5, dan nilai ujian sekolah, yang kalau saya hitung 223 siswa, kali 10 mapel, ada 14.000 data, dan kalau saya hitung lagi, kali 3 digit tambah 1 koma berati dikalikan 4 dan total 56.000 karakter yang harus diketikkan secara online, benar-benar luar biasa tahun 2011 ini
  • mengecek lagi apa data yang dimasukkan sudah benar ?
  • membuat jadwal KBM khusus menghadapi UN karena mata pelajaran non UN telah selesai ujian sekolahnya
  • membuat administrasi pelaksanaan UN yang jumahnya 40 macam
  • buat surat tugas untuk pengawas keluar
  • dan lain-lainnya .......

Jadi,
Rambutku kini banyak yang putih.

Jadi,
Capek, sedih, sebel, bosan dan mubadzir energi.


Dan kini bulan April datang lagi, hal itu datang lagi.